Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

Recent Posts


Di tempat persembunyian, Batara Narada mengamati pertarungan mereka. Dan menjadi amat bingung melihat Jabang Tutuka mati teraniaya. Setelah Prabu Nagapercona pergi meninggalkan jasad Jabang Tutuka, baru Batara Narada muncul dan menghampiri Jabang Tutuka dan dibawalah jasad Jabang Tutuka ke Suralaya. Para dewata semua bingung atas apa yang terjadi. Mereka takut dan malu karena kalau Bratasena tahu apa yang terjadi dengan anaknya, dia pasti akan menyerang ke Suralaya. Akhirnya para dewata sepakat untuk meminta nasehat dari Batara Guru.
Batara Guru menjelaskan kalau dia akan meminta Yang Esa untuk supaya Jabang Tutuka dihidupkan lagi dalam kedewasaannya. Tapi Batara Guru merasa itu saja tidak cukup. Dan memerintahkan supaya Jabang Tutuka dipersakti dengan cara digodok, dan digembleng di Kawah Candradimuka supaya dapat menjadi anak yang dapat melawan Prabu Nagapercona.
Atas permintaan dari Batara Guru, Yang Maha Esa menghidupkan Jabang Tutuka dalam keadaan dewasanya. Pada saat Jabang Tutuka terbangun, dia bingung kenapa dia sudah tumbuh dewasa dan berada ditempat yang sangat indah. Dan dijelaskanlah oleh Batara Narada kalau dia sedang berada di Suralaya dan akan digembleng dikawah Candradimuka untuk menghadapi Prabu Nagapercona.
Dengan kebulatan tekad, Jabang Tutuka melompat kedalam kawah Candradimuka yang laharnya panas mendidih berwarna merah-kemerahan. Menurut cerita perwayangan, Jabang Tutuka tidak merasakan panasnya lahar tetapi dingin. Juga dipercaya para dewata mencampurkan tembaga, timah, kawat, intan, dan berlian ke dalam kawah. Baja dan besi pun dicampurkannya untuk membuat sempurna godogan. Terjadi keajaiban lagi, tubuh Jabang Tutuka bertambah besar dan perkasa. Setelah beberapa saat, keluarlah Jabang Tutuka dari kawah dan disambut oleh para dewata. Kemudian Jabang Tutuka dibawa ke hadapan Batara Guru dan diberi pakaian.
Di luar sana, Prabu Nagapercona masih mencoba mendobrak pintu Suralaya. Dan tiba-tiba kepalanya terpukul oleh sesuatu dan tidak ada satupun orang yang melihat apa yang telah memukulnya. Prabu Nagapercona kembali melangkah dan tiba-tiba pukulan datang menghantam pasukannya. Sehingga pasukan dari Gilingwesi lari berantakan karena takut akan pukulan tanpa bayangan. Akhirnya Prabu Nagapercona turun tangan dan menantang perang empu pukulan tanpa bayangan itu.
Munculah Jabang Tutuka dan Prabu Nagapercona tidak mengenal pemuda itu sebagai anak kecil yang telah ia binasakan tempo dulu. Ia memuji pukulan Jabang Tutuka yang keras. Dan meminta pintu Suralaya dibuka. Jabang Tutuka menyetujuinya tapi Prabu Nagapercona harus memenuhi beberapa persyaratan dari Jabang Tutuka.
Jabang Tutuka meminta Prabu Nagapercona menyimpan senjatanya lalu bersender di batu gunung sambil menutup mata dan mulut. Jabang Tutuka memerintahkan kalau Prabu Nagapercona melanggar maka akan gagal semua usahnya. Pada kesempatan baik itu, Jabang Tutuka melayangkan pukulan bertubi-tubi ke tubuh Prabu Nagapercona dengan leluasanya.
Marahlah Prabu Nagapercona dan dihajarlah Jabang Tutuka. Pada serangan berikutnya dia gagal mengenai Jabang Tutuka yang cepat seperti kilat. Akhirnya Prabu Nagapercona mengerahkan ajian pernah digunakan untuk membutakan Jabang Tutuka. Tapi kali ini ajiannya tidak berhasil melukai Jabang Tutuka. Jabang Tutuka berkata bahwa dulu dengan ajian itu Prabu Nagapercona bisa membutakan matanya tapi sekarang sudah tidak bisa lagi. Terkejut setengah mati Prabu Nagapercona mendengar tutur Jabang Tutuka. Karena bukankah Jabang Tutuka telah dia binasakan dan kenapa pula Jabang Tutuka bisa hidup dan menjadi besar dan perkasa seperti sekarang.
Prabu Nagapercona yang lagi bengong memikirkan masalah itu diserang oleh Jabang Tutuka. Satu pukulan dan satu tendangan mendarat di dagu dan dada Prabu Nagapercona. Setelah itu kejar mengejar terjadi lagi dan akhirnya tenaga Prabu Nagapercona mulai meninggalkan tubuhnya. Pada kesempatan itu Jabang Tutuka mengerahkan kekuatan penuhnya untuk memukul Prabu Nagapercona dan binasalah Prabu itu.
Ternyata pertarungan itu ditonton oleh para dewata dan rombongan Arjuna. Arjuna dam rombongannya mendapat tugas dari Bratasena untuk mencari tahu kabar Jabang Tutuka. Setelah perang tanding itu dimenangkan oleh Jabang Tutuka, para dewata pun muncul dan mengucapkan selamat atas kemenangannya.
Para dewata memberikan pujian-pujian dan nama-nama untuk Jabang Tutuka. Batara Narada memberi nama Gatot Kaca, Batara Sambo memberi nama Melayangtengah, Batara Darma menjuluki Kancing Jaya, Batara Brahma menjuluki Purabaya. Batara Kamajaya memberi nama Satria Pringgandani. Batara Batu memberi nama Krincingwesi. Batara Surya memberi nama Arimbisuta karena Jabang Tutuka adalah putra dari Dewi Arimbi. Batara Kurewa memberi nama Ideralam. Batara Pulandara menjuluki Bimaputra, Batara Indra memberi nama Suryapringga.
Sementara rombongan Raden Arjuna menghampiri Jabang Tutuka dan menanyakan nama ksatria yang telah membinasakan Raden Nagapercona. Dijelaskanlah oleh para dewa duduk persoalan apa yang terjadi dengan Jabang Tutuka. Dan disuruhlah Jabang Tutuka untuk bersujud didepan Randen Arjuna.
Di Pringgandani, Bratasena kedatangan tamu Raden Aradea yang sadar akan kesalahannya dan ingin mengembalikan senjata Konta. Raden Aradea menghadap Raden Bratasena dan meminta maat. Tapi dasar sifat Raden Bratasena yang kasar, setelah mendengar permintaan maaf itu marahlah Raden Bratasena dan menghajar Raden Aradea sampai babak belur. Sungguh beruntung Raden Aradea karena Dewi Arimbi yang baik hati mencegah suaminya karena bukankah Raden Aradea telah minta maaf dan Raden Aradea juga masih ada hubungan saudara dengan suaminya. Pada kesempatan itu kaburlah Raden Aradea dan sejata Konta akhirnya tidak dikembalikan kepada Raden Bratasena.
Pada perang Baratayudha, Raden Aradea yang telah berganti nama menjadi Adipati Karna akan membinasakan Gatot Kaca dengan senjata Konta. Senjata Konta Adipati Karna tembus ke dalam perut Gatot Kaca dan masuk ke sarungnya.
Belum puas Raden Bratasena menghajar Raden Aradea, maka dikejarlah Raden Aradea. Tepat diluar istana, langkah Raden Bratasena terhenti oleh rombongan Raden Arjuna beserta Jabang Tutuka. Diterangkanlah apa yang terjadi dengan Jabang Tutuka dan Jabang Tutuka pun memperlihatkan pusarnya kepada ayahnya. Tapi Raden Bratasena tidak mau mengakui begitu saja maka ditantanglah Jabang Tutuka. Jabang Tutuka bersedia tapi tidak mau membalas menyerang dan hanya menghindar dan menangkis. Karena kesaktian Jabang Tutuka yang lincah dan tidak mempan pukulan, akhirnya Raden Bratasena mengaku kalah. Dan diakuilah kalau pemuda itu oleh Raden Bratasena sebagai putranya.

Diposting oleh akmal al-chirid Rabu, 29 Agustus 2012

0 komentar

Posting Komentar

Sponsors