Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

Recent Posts


Karena gelisah akan nasib Jabang Tutuka dan Raden Arjuna yang belum ada kabar beritanya, Prabu Darmakusuma, Raden Nakula, dan Raden Sadewa berangkat ke Pringgandani untuk memberikan pertolongan untuk mencari Raden Arjuna. Tetapi dilarang oleh Batara Kresna dan meminta semua untuk menunggu Raden Arjuna.
Tak lama kemudian, Raden Arjuna tiba di Pringgandani. Setelah sembah sujud kepada Prabu DarmakusumaRaden Bratasena, dan Batara Kresna dan salam kepada Raden Sadewa dan Raden Nakula. Raden Bratasena berteriak meminta Raden Arjuna menyerahkan senjata yang dapat memotong tali pusar Jabang Tutuka.
Raden Arjuna dengan gugup menjelaskan bahwa yang didapatnya bukan senjata tetapi hanya sarungnya. Meledaklah marah Raden Bratasena, hampir-hampir Raden Arjuna kena hajar. Untung ada Batara Kresna yang mencegah dan meminta Raden Bratasena mendengar penjelasan Raden Arjuna.
Sambil memperlihatkan kuku Pancanaka-nya, Bratasena berjalan modar-mandir menanti penjelasan dari Raden Arjuna. Arjuna pun menjelaskan dari awal sampai akhir peristiwa yang dialaminya. Semua orang terkagum-kagum dengan sarung senjata Konta, hanya Bratasena yang tidak percaya dengan keampuhannya. Tapi dengan telaten Batara Kresna memberi nasihat supaya tali pusar Jabang Tutuka dicoba potong dengan sarung Konta.
Akhirnya Raden Bratasena setuju dan semua yang diperlukan disiapkan. Sedangkan yang lainnya berdoa. Batara Kresna yang ditugaskan untuk memotong tali pusar anaknya. Tali pusar berhasil dipotong tapi kemudian hal yang ajaib terjadi. Sarung Konta tertelan oleh tali pusar Jabang Tutuka. Hal ini membuat histeris semua orang. Raden Bratasena bergegas menarik keluar sarung itu tapi semakin ditarik semakin masuk ke dalam perut sang bayi. Akhirnya sarung itu masuk sepenuhnya ke dalam perut Jabang Tutuka.
Tak terbayangkan tentang kesedihan Dewi Arimbi. Mereka yang menyaksikan peristiwa tersebut tak dapat berbuat apa-apa, selain memanjatkan doa dihatinya masing-masing. Yang teredengar hanyalah tangisan Jabang Tutuka dan isak Dewi Arimbi yang menyayat hati Bratasena. Tiba-tiba lagi muncullah Batara Narada yang datang melihat Jabang Tutuka. Dikatakan pada Raden Bratasena kalau di masa yang akan datang, Jabang Tutuka akan menjadi sosok pahlawan yang disengani oleh kawan mau pun lawan. Dan diperingati pula supaya hati-hati kalau perang tanding dengan Karna karena hanya senjata Konta milik Karna yang dapat membinasakan Jabang Tutuka.
Waktu berjalan dari hari ber ganti hari, bulan berganti bulan. Jabang Tutuka sekarang telah dapat berjalan dan sangat lincah. Semua orang sangat senang dengan kelucuan Jabang Tutuka. Memang sudah kebiasaan Batara Narada untuk datang dan pergi secara mendadak. Batara Narada muncul dihadapan Jabang Tutuka yang lagi bermain dengan ayahnya. Dan Batara Narada mengatakan bahwa sudah waktunya untuj Jabang Tutuka. Kata-kata itu membuat Bratasena heran dan bertanya apa maksudnya. Dijelaskanlah oleh Batara Narada kalau dirinya membawa tugas untuk meminjam Jabang Tutuka untuk membantu para dewa membasmi keangkaramurkaan Prabu Nagapercona, karena dipercaya raja-raja bahkan dewa-dewa tidak ada yang mampu menaklukkan Raden Nagapercona dan hanya Jabang Tutuka seorang yang dapat menaklukkan Prabu Nagapercona.
Maka minta izinlah Batara Narada untuk meminjam Jabang Tutuka untuk menghadapi Prabu Nagapercona. Logika saja mana mungkin seorang anak kecil menghadapi musuh yang bahkan para dewa pun tidak sanggup melawan. Bratasena marah kepada kehendak dewa dan mengatakan bahwa anaknya hanya akan digunakan sebagai tumbal. Kebetulan tibalah Batara Kresna yang datang berkunjung untuk menengok Jabang Tutuka. Dan Batara Kresna pun ditempatkan sebagai penengah masalah yang rumit ini.
Batara Kresna berkata bahwa semua di dunia ini telah diatur oleh Yang Esa. Kebetulan mereka semua medapatkan titipan untuk membina dan menjaga Jabang Tutuka. Dan sekarang para dewata ingin meminjam Jabang Tutuka untuk membasmi keangkaramurkaan. Tiba-tiba saja Jabang Tutuka berkata bahwa dia ingin menjadi pahlawan. Akhirnya direlakanlah anaknya untuk membantu para dewata demi kebaikan umat manusia. Bratasena melepaskan Jabang Tutuka dengan ancaman kalau anaknya terluka, dia akan menyerang Suralaya.
Sementara pasukan Prabu Nagapercona dan pasukannya telah mengepung rapat Selamanangkep dan berusaha mendobrak pintu benteng. Tetapi pintu benteng terlalu kokoh dan akhirnya Prabu Nagapercona hanya bisa menunggu para dewa untuk keluar menghadapinya.
Sifat Prabu Nagapercona tidak sabaran, sambil menunggu dia mencaci maki para dewa. Tiba-tida dari belakang batu gunung terdengan suara tantangan yang ditujukan kepada Prabu Nagapercona. Prabu Nagapercona heran siapa yang berani menghina dia. Dewa saja tidak berani. Di dekatilah tempat asal suara tapi dia tidak ketemu dengan siapa-siapa. Lalu suara hinaan muncul lagi balik batu gunung yang lain. Prabu Nagapercona mengejar ke situ dan tetap tidak memenumkan siapa-siapa. Hal ini berulang berkali-kalai sehingga Prabu Nagapercona keletihan mencari. Pada waktu beristirahat, Prabu Nagapercona melihat ada sosok yang sedang berteriak menantang dirinya. Dengan rasa ingin tahu, didekatilah sosok itu. Ternyata sosok itu adalah Jabang Tutuka.
Terkejutlah Prabu Nagapercona ketika melihat sosok itu ternyata anak kecil. Ketika sudah dekat dengan Jabang Tutuka, tanpa ba bi bu, Prabu Nagapercona langsung menganyunkan gada raksasanya ke tubuh Jabang Tutuka. Beruntunglah Jabang Tutuka yang sempat menghidar. Dan terjadilah kejar mengejar. Pada suatu kesempatan, melompatlah Jabang Tutuka ke pundak Prabu Nagapercona dan menanggalkan mahkota sang Prabu. Sang Prabu dengan cekatan menangkap Jabang Tutuka dan meremas-remas tubuh Jabang Tutuka, tapi aneh bukannya kesakitan, Jabang Tutuka malah ketawa cekikikan karena geli. Melihat usahanya tidak berhasil, Prabu Nagapercona melempar Jabang Tutuka ke karang dengan maksud membuat mati. Tapi dengan cekatan Jabang Tutuka melompat dari tangan Prabu Nagapercona dan akhirnya dia bebas lagi.
Pertempuran berlanjut dengan seru, Prabu Nagapercona mengejar dan menghantam membabi buta dan Jabang Tutuka dengan lincah menghindar. Sampai-sampai waktu mengejar Jabang Tutuka, Prabu Nagapercona menabrak batu karang dan mengakibatkan giginya copot satu. Dan Jabang Tutuka segera menyambit batu ke muka Prabu Nagapercona dan mengakibatkan mata kirinya bengkak.
Meskipun hanya cidera ringan, Prabu Nagapercona merasa terhina oleh derita yang didapat. Langsung saja Prabu Nagapercona melepaskan ajian yang dapat membutakan mata ke arah Jabang Tutuka. Seketika itu juga Jabang Tutuka buta. Tapi Jabang Tutuka tidak menyerah dan tetap melawan. Tapi apa dayanya, Jabang Tutuka sudah tidak dapat melihat. Satu pukulan mendarat dikepalanya, lalu tubuhnya dicekal oleh Prabu Nagapercona dan dibantinglah Jabang Tutuka ke karang runcing. Dan matilah Jabang Tutuka.

Diposting oleh akmal al-chirid Rabu, 29 Agustus 2012

0 komentar

Posting Komentar

Sponsors