Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

Recent Posts


Di Gilingwesi, Prabu Nagapercona dan Patihnya membahas kemungkinan yang mungkin terjadi. Tiba-tiba seorang hulubalang melaporkan bahwa Emban Sekarlaras jatuh dari langit. Raja Gilingwesi dan Patih Sekipu segera mencarinya dan ternyata Sekarlaras hanya pingsan. Tidak lama kemudian Sekarlaras siuman dan menceritakan peristiwa yang dialami dan dari muka Prabu tampak api murka karena penghinaan para dewa. Segera Sang Patih disuruh menyiapkan tentara raksasa pilihan dan berangkatlah mereka ke Jonggringsalaka. Setiba di Repat Kepanasan, pasukana raksasa dari Gilingwesi dihentikan oleh para dewa.
Patih Sekipu meminta dipertemukan dengan Batara Guru, namun Batara Bayu menolak dan panas hatilah Patih Sekipu dan diseranglah para dewa yang sedang menjaga Repat Kepanasan. Korban di kedua belah pihak tidak bisa dihindari, lama kelamaan pasukan para dewa semakin lemah dan tidak kuat membendung kekuatan raksasa Gilingwesi. Dan mundurlah pasukan dewa pimpinan Dewa Bayu menuju Selamanangkep. Dan bersembunyi di dalam benteng kokoh.
Mundurnya pasukan Batara Bayu dilaporkan ke Batara Guru oleh Batara Narada. Batara Guru memerintahkan supaya Batara Narada turun ke mayapada untuk memberikan sejata Konta kepada Arjuna yang ditugaskan oleh Raden Bratasena untuk mencari senjata yang dapat memotong tali pusar Jabang Tutuka.
Diceritakan bahwa Jabang Tutuka telah berumur tiga tahun. Tapi belum ada senjata yang dapat memotong tali pusarnya. Dan dikatakan juga hanya dengan senjata Konta saja yang bisa memotong tali pusar Jabang Tutuka. Batara Guru percaya hanya Jabang Tutuka seorang yang dapat menyingkirkan Prabu Nagapercona dan menyelamatkan Suralaya.
Tesebutlah sebuah negara Tablakancana (Petapralaya) yang dikuasai oleh Prabu Begawan Redaya. Ia mempunyai seorang anak bernama Bambang Aradea. Pada suatu hari Prabu Begawan Redaya ribut dengan Bambang Aradea karena perilaku Raden Aradea yang selalu mencari masalah. Setelah ribut-ribut itu Raden Aradea mengambil keputusan untuk berpetualang.
Kebetulan pada waktu itu, Batara Narada lagi melintas di atas hutan tempat Raden Aradea sedang beristirahat. Batara Narada yang sedang mencari Arjuna melihat Raden Aradea yang sangat mirip dengan Arjuna dan dihampirilah Raden Aradea. Dan berceritalah Batara Narada mengenai tugas yang diembannya. Raden Aradea tahu kalau Batara Narada salah orang dan Raden Aradea berpura-pura menjadi Arjuna. Dan diserahkanlah pusaka Konta kepadanya.
Kebetulan Raden Arjuna juga lagi di hutan yang sama. Di perjalanan pulang ke Suralaya, Batara Narada bersua dengan rombongan Raden Arjuna. Terkejutlah Batara Narada. Ternyata dia telah salah orang. Dan diceritakanlah apa yang telah terjadi kepada Raden Arjuna. Semar segera mengetahui bahwa orang yang mirip dengan Raden Arjuna adalah Raden Aradea. Setelah menceritakan semuanya, Batara Narada langsung pulang ke Suralaya.
Bergegaslah Raden Arjuna mencari Raden Aradea. Setelah ketemu, Raden Aradea tidak mau mengakui bahwa ia telah menerima Kunta dari Batara Narada. Kemudian terjadilah perang mulut. Karena tak mau menyerahkan senjata Konta dan takut kesalahannya terbongkar, Raden Aradea menghunuskan Keris Bantalpipi dan menyerang Raden Arjuna, namun Raden Arjuna dapat menghindar. Walaupun Keris Bantalpipi Raden Aradea bisa dipukul jatuh oleh Raden Arjuna. Kesaktian Raden Arjuna masih dibawah Raden Aradea. Pada satu kesempatan Raden Aradea menyarangkan pukulan dan membuat Raden Arjuna pingsan. Setelah mengambil kembali Keris Bantalpipi yang sempat terjatuh, Raden Aradea pun memutuskan untuk minggat. Di saat itulah Raden Aradea hendak melarikan diri, namun ketika ia mau melompat pergi, kakinya dipegang oleh Raden Arjuna. Ia terjatuh dan terjadilah pergumulan. Keduanya sama kuat dan dikisahkan pada saat pergumulan, Raden Arjuna sempat merebut sarung senjata Kunta dari Raden Aradea sebelum Raden Aradea kabur ke dalam kegelapan malam. Dengan kecewa Raden Arjuna pulang ke Amarta.
Di pagi hari menuju Amarta, rombongan Raden Arjuna dikejutkan dengan munculnya Batara Narada. Batara Narada meminta maaf atas kekeliruannya dan menjelaskan bahwa sarung Konta tetap berguna dan dapat digunakan untuk memotong tali pusar Jabang Tutuka. Mendapat penjelasan dari Batara Narada, Raden Arjuna memutuskan untuk berangkat ke Pringgandani.
Di Pringgandani, Raden Bratasena sedang pusing tujuh keliling memikirkan nasib anakanya Jabang Tutuka yang sampai sekarang tali pusarnya belum terpotong.Raden Bratasena akhirnya memutuskan pergi ke Amarta untuk menemui adiknya Raden Arjuna. Waktu hendak berangkat, Batara Kresna mengunjungi Pringgandani. Dan Raden Bratasena meminta saran karena pikirannya sedang kacau. Batara Kresna meminta Raden Bratasena supaya sabar dan ikhlas menerima semua itu karena semua itu sudah rencana yang maha kuasa. Dan menghibur bahwa nantinya Jabang Tutuka akan menjadi anak yang sakti mandraguna.

Diposting oleh akmal al-chirid Rabu, 29 Agustus 2012

0 komentar

Posting Komentar

Sponsors